NPM : 18.0 854
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami selaku kelompok tiga dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengolahan Limbah Cair”, meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Penyusunan makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu meskipun tidak mudah dan ada beberapa hambatan dan kesulitan yang penyusun hadapi. Tetapi semua itu dapat kami lalui berkat bantuan dari teman-teman sekalian dan tak luput dari berkat dan rahmat Allah SWT. Serta kerja sama yang baik dalam kelompok kami
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah menugaskan kepada kelompok tiga untuk memaparkan materi mengenai pengolahan limbah cair sehingga melalui makalah ini penulis dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru khususnya pada proses pengolahan limbah- limbah cair di industri – industri, tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga kita semua diberi rahmat dan hidayah-Nya. Amin and selalu semangat
- Latar Belakang
Limbah cair atau air limbah adalah
air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan
manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk
dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami peningkatan.
Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika jumlah
air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau
menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Berbagai kasus pencemaran lingkungan
dan memburuknya kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dewasa ini diakibatkan
oleh limbah cair dari berbagai kegiatan industri, rumah sakit, pasar, restoran
hingga rumah tangga. Hal ini disebabkan karena penanganan dan pengolahan limbah
tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius. Sebenarnya, keberadaan limbah
cair dapat memberikan nilai negatif bagi suatu kegiatan industri. Namun,
penanganan dan pengolahannya membutuhkan biaya yang cukup tinggi sehingga
kurang mendapatkan perhatian dari kalangan pelaku industri, terutama kalangan
industri kecil dan menengah.
Industri primer pengolahan hasil
hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi
lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas,
teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,
namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan,
penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi
pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah
kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi
pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat
dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan
yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.Untuk
bisa memilih teknologi yang tepat, seseorang harus mengetahui gambaran umum
tentang metode-metode pengolahan air limbah yang ada, baik tentang prinsip
kerja, tentang penerapan metode-metode tersebut, keuntungan dan kerugian, dan
juga faktor biaya. Hal yang penting dalam konsep pengolahan air limbah industri
adalah usaha mencegah atau menekan beban cemaran seminimal mungkin, yaitu
melalui pengendalian proses produksi itu sendiri (konsep produksi bersih). Baru
pada tahap selanjutnya adalah pengolahan air limbah yang dihasilkan agar tidak
mencemari badan air (sungai, selokan dsb) atau dengan kata lain, agar air
buangan dari industri sesuai dengan baku mutu yang telah ditentukan.
Penentuan suatu sistem pengolahan
limbah yang tepat terhadap air limbah terkait erat dengan informasi komposisi
dan karakteristik dari air limbah terlebih dahulu. Karena itu, macam-macam
industri dan karakteristik limbah menjadi penting untuk dipaparkan dalam kaitan
dengan teknologi pengolahan air limbah dari industri, prinsip dasar pemilihan
teknologi yang tepat, dan contoh sistem pengolahan limbah pada beberapa jenis
industri.
- EFEK BURUK AIR LIMBAH
Sesuai dengan batasan air limbah
yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan
benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air
limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah
tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik
terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.
Berikut ini conton sistem pengolahan limbah cair:
Pencemaran lingkungan merupakan
salah satu akibat dari aktivitas manusia. Salah satu sumber pencemaran
lingkungan adalah limbah cair. Sebagian besar dari limbah cair
industri mengandung senyawa berbahaya seperti nitrat, forfor dan asam. Hal ini
tentunya sangat membahayakan apabila limbah tersebut belum dikelola dan
kemudian dibuang ke lingkungan begitu saja. Dampak
pencemaran lingkungan akibat limbah tentunya sangat merugikan bagi
masyarakat sekitar, untuk itu perlu adanya pengelolaan lebih lanjut akan limbah
( baca : Bahaya Limbah
Bauksit bagi Lingkungan ). Adapun sistem pengolahan limbah cair
diantaranya adalah sistem lumpur aktif, sistem trickling filter, sistem RBC,
sistem SBR, sistem kolam oksigasi, sistem UASB dan sistem septik tank. Berikut
adalah penjelasan dari masing-masing Sistem Pengolahan Limbah Cair
Industri :
1. Sistem Lumpur Aktif
Prinsip dasar pada sistem ini
terbagi atas 2 unit proses utama, yaitu bioreaktor dan tangki sedimentasi. Pada
sistem ini limbah cair dan biomassa akan dicampur secara sempurna dalam satu
reaktor dan diaerasi, dimana tujuan aerasi tersebut adalah sebagai sarana
pengadukan dalam suspensi.
Setelah dicampur maka akan dialirkan
ke dalam tangki sedimentasi yang mana biomassa akan dipisahkan dari air yang
telah diolah. Sebagian dari biomassa yang mengendap akan dikembalikan ke
bioreaktor dan air yang telah diolah akan dibuang ke lingkungan. Adapun tujuan
dari perngolahan limbah cair dengan sistem ini adalah untuk menyisihkan senyawa
karbon, penyisihan senyawa nitrogen, penyisihan fosfor dan untuk stabilisasi
lumpur secara aerobik simultan.
Kelebihan dari sistem ini antara
lain adalah sistem ini dapat diterapkan untuk semua jenis limbah cair industri.
Sedangkan kekurangannya adalah biayanya yang cukup mahal karena peralatan yang
digunakan cukup banyak.
2. Sistem Trickling Filter
Prinsip dasar dari sistem ini adalah
berpusat pada tumpukan media padat dengan kedalaman kurang lebih 2 meter dan
pada umumnya berbentuk silinder. Pada sistem ini, limbah cair akan disebarkan
ke area permukaan dari media tersebut dengan syarat lengan distributor berputar
agar air dapat mengalir / menetes ke bawah melalui lapisan.
Limbah yang mengalir tersebut akan
terabsorpsi oleh mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada permukaan. Apabila
sudah mencapai ketebalan tertentu biasanya lapisan biomassa akan terbawa oleh
aliran limbah cair menuju bawah yang kemudian akan dialirkan menuju tangki
sedimentasi untuk memisahkan biomassa. Adapun tujuan dari trickling filter
ini antara lain adalah untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam limbah
cair.
Kelebihan dari sistem ini adalah
sangat baik untuk oksidasi karbon ataupun nitrifikasi dan juga penggunaannya
yang praktis. Adapun kekurangannya adalah kemungkinannya terjadi penyumbatan
pada media filter oleh partikel yang berukuran besar seperti kayu, daun dan
ranting.
3. Sistem RBC
RBC (Rotating Biolocal Contactor)
merupakan sistem pengolan limbah cair yang terdiri atas deretan cakram yang
dipasang pasa as secara horizontal dengan jarak masing-masing 4 cm. Sebagian
dari cakram tersebut akan dimasukkan dalam limbah cair dan sebagian yang lain
digunakan sebagai kontak dengan udara.
Ketika as tersebut diputar maka
permukaan cakra secara bergantian kontak dengan limbah cair, kemudian kontak
dengan udara. Akibat perputaran tersebut adalah tumbuhnya mikroorganisme pada
permukaan cakram yang digunakan sebagai lapisan biologis (biomassa) dan
kemudian akan mengabsorpsi bahan organik yang ada dalam limbah cair.
4. Sistem SBR
SBR (Squencing Batch Reactor)
adalah sistem lumpur aktif yang dioperasikan secara batch (curah).
Sistem SBR ini hampur sama dengan sistem lumpur aktif akan tetapi sedikit
berbeda. Apabila pada sistem lumpur aktif proses aerasi dan sedimentasi
berlangsung dalam 2 tangki akan tetapi pada sistem SBR berlangsung secara
bergantian pada tangki yang sama.
Salah satu keistimewaan dari sistem
SBR adalah tidak diperlukannya resirkulasi sludpe. Proses pengolahan limbah
cair dengan sistem SBR ini terdiri atas 5 tahapan, yaitu tahap pengistan, tahap
reaksi (aerasi), tahap pengendapan, tahap pembuangan dan tahap idle. Yang mana
5 tahap tersebut berlangsung dalam satu tabung panjang yang dibuat secara
bertingkat.
Adapun kelebihan dari sistem ini
adalah dapat digunakan untuk mengeliminasi karbon, fosfor dan nitrogen serta
untuk memisahkan biomassa. Kelemahan dari sistem ini adalah hanya dapat
digunakan sesuai dengan jumlah limbah cair dalam volume kecil dan tidak
berlangsung secara discontinue.
5. Sistem Kolam
Prinsip dasar sistem kolam adalah
dengan menyuplai oksigen dan melakukan pengadukan secara alami sehingga proses
perombakan bahan organik menjadi berlangsung dalam waktu lama dan di area yang
luas. Pada sistem ini, berbagai jenis mikroorganisme turut berperan aktif dalam
proses perombakan.
Contoh dari mikroorganisme yang
berperan dalam proses ini contohnya adalah organisme autotrof yang bertugas
untuk mengambil bahan anorganik melalui proses fotosintesis. Akibat terlalu
lama tinggal di limbah cair maka organisme dengan tingkat generasi tinggi akan
tumbuh dan berkembang dalam sistem kolam. Organisme tersebut akan hidup secara
aktif dalam air atau pada dasar kolam. Adapun komposisi dari organisme tersebut
bergantung pada temperatur kolam, suplai oksigen, sinar matahari serta jenis
dan konsentrasi substrat.
Adapun kelebihan dair sistem ini
adalah metode pengolahan yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan mekanis,
selain itu penggunaannya yang mudah diperasikan dan tentunya tidak mengeluarkan
biaya yang tinggi. Kekurangan dari sistem ini adalah sangat bergantung pada
kondisi cuaca dan tentunya memerlukan lahan yang luas. Tidak hanya itu, kolam
yang berisi limbah tersebut kemungkinan besarnya juga dapat dijadikan sebagai
tempat berkembangbiaknya nyamuk.
6. Sistem UASB
Sistem UASB (Up-flow Anaerobic
Sludge Blanket) adalah sistem pengolahan yang berbasis reaktor anaerobik
yang paling banyak diterapkan dalam pengolahan berbagai jenis limbah cair.
Sistem ini menerapkan proses anaerobik dimana bahan organik akan dikonversi
menjadi produk akhir berupa gas metana dan karbon dioksida. Perbedaan antara proses
aerobik dan anaerobik terletak pada karakteristik biomassya yang akan
menentukan jalannya proses perombakan.
Pengolahan limbah cair dengan sistem
ini sudah banyak mengalami perkembangan yang mana berbagai jenis reaktor
anaerobik telah dikembangkan lebih lanjut yang diantaranya adalah raktor
teraduk secara sempurna seperti fixed bed reactor dan fluidized bed
reactor. Salah satu jenis reaktor anaerobik yang sering digunakan dalam
pengolahan limbah cair dalam skala teknis adalah UASB ini. Proses jalannya
reaktor UASB ini adalah dengan mengalirkan influen dari bawah menuju ke atas
yang mana hal ini disebabkan akibat adanya perkembangan dari mikroorganisme
yang ada di bawah reaktor.
Kelebihan dari sistem ini adalah
konstruksinya yang sederhana dan tidak memerlukan bahan untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Adapun kekurangannya adalah sangat sensitif terhadap perubahan
beban hidrolik dan beban organik yang laju perombakannya relatif rendah
dibandingkan dengan reaktor anaerobik lainnya.
7. Septik Tank
Sistem septik tank adalah pengolahan
limbah cair yang sangat sederhana. Yang mana dalam suatu sistem septik tank ini
proses perombakan limbah cair berlangsung dalam kondisi anaerobik sama seperti
sistem UASB, akan tetapi pada sistem septik tank ini harus dilengkapi dengan
fasilitas khusus untuk peresapan efluen.
Kelebihan dari sistem ini adalah
efektif digunakan untuk pengolahan limbah cair industri pangan dengan kadar
bahan organik yang tinggi, tentunya dapat diterapkan untuk debit limbah cair
yang relatif kecil dan tidak continue, biayanya yang murah dan tidak
perlu keahlian khusus untuk membuat konstruksinya. Kelemahan dari sistem ini
yaitu sangat berpotensi dalam pencemaran
air tanah